BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan tidak
hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab orang tua dan
masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989
Bab I pasal 1 dinyatakan bahwa: “Pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan
yang terwujud sebagai tenaga, sarana, dan prasarana yang tersedia dan
didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan pemerintah, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama”. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa peran
serta masyarakat dan orang tua bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada
orang tua dan masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan,
terlebih pada era otonomi sekolah (Manajemen Berbasis Sekolah) saat ini peran
serta orang tua dan masyarakat sangat menentukan. Dalam rangka Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal hidup dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk
masyarakat. Sekolah jelas bukan sekolah yang berjalan terisolasi dari
masyarakat, melainkan sekolah yang berorientasi kepada kenyataan-kenyataan
kehidupan dan hidup bersama-sama masyarakatnya baik masyarakat
orangtua siswa, masyarakat terorganisasi, atau masyarakat secara luas.
Masyarakat memiliki potensi-potensi yang dapat didayagunakan dalam mendukung
program-program sekolah. Untuk itu agar sekolah dapat tumbuh dan berkembang,
maka program sekolah harus sejalan dengan kebutuhan masyarakat.
Partisipasi
masyarakat dan orang tua di sekitarnya sangat penting. Di satu sisi sekolah
memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan,
sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan program
tersebut. Dilain pihak, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk
mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan
semacam itu dapat terjadi, jika orang tua dan masyarakat dapat saling
melengkapi untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di tingkat
sekolah. . Partisipasi orang tua dan masyarakat hendaknya diperhatikan
oleh pihak sekolah, khususnya kepemimpinan Kepala Sekolah agar dapat terwujud
dan terpelihara keberadaannya. Pada akhirnya apabila partisipasi telah
terpelihara dengan baik, maka sekolah tidak akan mengalami kesulitan yang
berarti dalam mengembangkan berbagai jenis program, karena semua pihak telah
memahami dan merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu program yang
akan dikembangkan oleh pihak sekolah.
Dengan sendirinya
agar semua terpelihara dengan baik, maka harus ada komunikasi timbal balik
antara sekolah dengan semua pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat
setempat dan orang tua murid, sehingga sekolah, masyarakat dan orang tua
merupakan satu kesatuan yang utuh dalam menyelenggarakan proses pendidikan yang
bermutu di sekolah. Melalui upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah
diharapkan masyarakat dan orang tua murid dapat berpartisipasi aktif dan
optimal dalam proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti bahwa pemberdayaan
masyarakat harus menjadi tujuan utama dan peran serta masyarakat bukan hanya
pada stakeholders, tetapi menjadi bagian mutlak dari sistem
pengelolaan. Hal ini jelas menggambarkan bahwa sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan
hendaknya
melibatkan masyarakat dan orang tua murid.
1.2. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan -
rumusan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran serta orang tua dalam pembelajaran.
1. Bagaimanakah peran serta orang tua dalam pembelajaran.
2. Bagaimanakah peran dan bimbingan orang tua
dalam pendidikan anak
3. Bagaimana peran serta orang tua dalam
perencanaan pengembangan sekolah.
4. Bagaimana peran serta orang tua dalam
pengelolaan kelas.
5. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan
sekolah untuk meningkatkan peran serta orang tua dalam mendukung proses
keberhasilan sekolah dalam rangka MBS.
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui bagaimanakah peran serta orang tua dalam pembelajaran.
1. Mengetahui bagaimanakah peran serta orang tua dalam pembelajaran.
2. Memahami peran dan bimbingan orang tua
dalam pendidikan anak
3. Memahami peran serta orang tua dalam
perencanaan pengembangan sekolah.
4. Mengetahui peran serta orang tua dalam
pengelolaan kelas.
5. Memahami bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan sekolah untuk meningkatkan peran serta orang tua dalam mendukung
proses keberhasilan sekolah dalam rangka MBS.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Peran
Serta Orang Tua dalam Pembelajaran
Orang tua tidak saja membantu belajar anak di rumah, bisa
juga dilakukan di sekolah. Bahkan kalau perlu orang tua yang memiliki
pengetahuan dan keahlian khusus, misalnya ahli dalam musik atau seni rupa,
dengan koordinasi yang baik dengan pihak sekolah, para orang tua ini bisa saja
membantu mengadakan proses pembelajaran musik dan seni rupa pada
ekstrakurikuler di sekolah.
Sebagaimana
dinyatakan Tim Penulis Paket Pelatihan Awal MBS untuk Sekolah dan Masyarakat
(2003 : 2-7), para pakar sepakat bahwa ada tujuh jenis peran serta orang tua
dalam pembelajaran.
1. Hanya sekedar pengguna
jasa pelayanan pendidikan yang tersedia. Misalnya, orang tua hanya memasukkan
anak ke sekolah dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah.
2. Memberikan kontribusi
dana, bahan, dan tenaga, misalnya dalam pembangunan gedung sekolah.
3. Menerima secara pasif apa
pun yang diputuskan oleh pihak yang terkait dengan sekolah, misalnya komite
sekolah.
4. Menerima konsultasi
mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan sekolah. Misalnya, kepala
sekolah berkonsultasi dengan komite sekolah dan orang tua murid mengenai masalah
pendidikan, masalah pembelajaran matematika, dll. Dalam konsep MBS hal yang
keempat ini harus selalu terjadi.
5. Memberikan pelayanan
tertentu. Misalnya, sekolah bekerja sama dengan mitra tertentu seperti Komite
Sekolah dan orang tua murid mewakili sekolah bekerjasama dengan Puskesmas untuk
memberikan penyuluhan tentang perlunya sarapan pagi sebelum sekolah, atau
makanan yang bergizi bagi anak-anak.
6. Melaksanakan kegiatan
yang telah didelegasikan atau dilimpahkan sekolah. Sekolah, misalnya, meminta
komite sekolah dan orang tua murid tertentu untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat umum tentang pentingnya pendidikan atau hal-hal penting lainnya
untuk kemajuan bersama.
7. Mengambil peran dalam
pengambilan keutusan pada berbagai jenjang. Misalnya orang tua siswa ikut serta
membicarakan dan mengambil keputusan tentang rencana kegiatan pembelajaran di
sekolah, baik dalam pendanaan, pengembangan dan pengadaan alat bantu
pembelajarannya.
2.2
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah.
Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah
tanggung jawab sekolah.
Pendidikan
merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar sesuai dengan
norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat. Setiap orang dewasa di dalam
masyarakat dapat menjadi pendidik, sebab pendidik merupkan suatu perbuatan
sosial yang mendasar untuk petumbuhan atau perkembangan anak didik
menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan. Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah; fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan
mendidik anak di rumah.
- sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- menjamin kehidupan emosional anak
- menanamkan dasar pendidikan moral anak
- memberikan dasar pendidikan sosial
- meletakan dasar-dasar pendidikan agama
- bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
- memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
- menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
- memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai tujuan akhir manusia.
- menanamkan dasar pendidikan moral anak
- memberikan dasar pendidikan sosial
- meletakan dasar-dasar pendidikan agama
- bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
- memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
- menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
- memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai tujuan akhir manusia.
Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan
anak di sekolah.
- orang tua bekerjasama dengan sekolah
- sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
- orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
- orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi dan membimbimbing anak dalam belajar.
- orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
- orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan.
- orang tua bekerjasama dengan sekolah
- sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
- orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
- orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi dan membimbimbing anak dalam belajar.
- orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
- orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk
dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus
memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai
dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka
sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang
pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak,
dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu
bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai
denga tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan
orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua
mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola
asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut
mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah
orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola
asuh yang tepat dalam mendidik anak.
1. POLA ASUH OTORITATIVE (OTORITER)
• Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari ,fokus
lebih pada masa kini.
• Untuk kemudahan orang tua dalam pengasuhan.
• Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.
• Untuk kemudahan orang tua dalam pengasuhan.
• Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
• anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.
• Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
• Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.
• Anak perempuan cenderung menjadi dependen
• anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.
• Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
• Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.
• Anak perempuan cenderung menjadi dependen
2. POLA ASUH PERMISIVE (PEMANJAAN)
• Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa.
• Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar
anak :
• Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang (manja), impulsive dan mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya.
• Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
• Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang (manja), impulsive dan mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya.
• Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. POLA ASUH INDULGENT (PENELANTARAN)
• Menelantarkan secara psikis.
• Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
• Anak dibiarkan berkembang sendiri.
• Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
• Menelantarkan secara psikis.
• Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
• Anak dibiarkan berkembang sendiri.
• Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :
• Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
• Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan.
• Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
• Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
• Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan.
• Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. POLA ASUH AUTORITATIF (DEMOKRATIS)
• Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa kini.
• Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
• Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri
• Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa kini.
• Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
• Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri
Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar
anak:
• Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
• Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
• Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
• Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
• Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
• Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
• Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
• Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
• Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
• Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
• Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
• Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Menyepakati pola asuh yang
paling efektif dalam keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun-tahun
awal kehidupan seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa datang. Perilaku
dewasa dan ciri kepribadian dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi
selama tahun-tahun awal kehidupan, artinya antara masa anak dan dewasa memiliki
hubungan berkesinambungan.
Dengan mengetahui bagaimana
pengalaman membentuk seorang individu, akan menjadikan kita lebih bijaksana
dalam membesarkan anak-anak kita. Banyak masalah yang dihadapi disekolah
(agresi, ketidakramahan, negativistik, dan beragam gangguan kesulitan belajar)
mungkin dapat dihindari bila kita lebih memahami perilaku anak dan sikap orang
tua mempengaruhi anak-anaknya, serta bagaimana menanganinya pada usia dini.
Sebagai orang tua perlu
mengetahui tugas-tugas perkembangan anak pada tiap usianya, untuk mempermudah
penerapan pola pendidikan dan mengetahiu kebutuhan optimalisasi perkembangan
anak .
• Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada
saat atau suatu periode tertentu yang jika berhasil akan
menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan
tugas berikutnya, tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak
bahagia dan kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1991)
• Perkembangan manusia dikelompokan menjadi, Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa puber, Masa remaja, Masa dewasa.
• Tugas perkembangan yang menitik beratkan pada pendidikan yaitu diusia kanak-kanak, puber dan remaja.
• Setiap tahap perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas.
• Setiap tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
• Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighust (Hurlock, 1994):
• Perkembangan manusia dikelompokan menjadi, Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa puber, Masa remaja, Masa dewasa.
• Tugas perkembangan yang menitik beratkan pada pendidikan yaitu diusia kanak-kanak, puber dan remaja.
• Setiap tahap perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas.
• Setiap tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
• Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighust (Hurlock, 1994):
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak:
- belajar memakan makanan padat
- belajar berjalan
- belajar berbicara
- belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
- mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
- mempersiapkan diri untuk belajar membaca
- belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
- belajar memakan makanan padat
- belajar berjalan
- belajar berbicara
- belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
- mempelajari perbedaan jenis kelamin dan tata caranya
- mempersiapkan diri untuk belajar membaca
- belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.
Akhir masa kanak-kanak :
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
- Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
- Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang tepat
- Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
- Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
- Mencapai kebebasan pribadi
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
- Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
- Mulai mengembangkan peron sosial pria dan wanita yang tepat
- Mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
- Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk hidup sehari-hari
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
- Mencapai kebebasan pribadi
Masa Remaja :
- Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
- Mencapai peran sosial pria dan wanita
- Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
- Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
- Mempersiapkan karir ekonomi
- Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
- Memperoleh peringkat nilai dan etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembnagkan ideology
- Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
- Mencapai peran sosial pria dan wanita
- Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
- Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
- Mempersiapkan karir ekonomi
- Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
- Memperoleh peringkat nilai dan etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembnagkan ideology
Awal masa dewasa :
- Mulai bekerja
- Memilih pasangan
- Belajar hidup dengan tunangan
- Mulai membina keluarga
- Mengasuh anak
- Mengelola rumah tangga
- Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
- Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
- Mulai bekerja
- Memilih pasangan
- Belajar hidup dengan tunangan
- Mulai membina keluarga
- Mengasuh anak
- Mengelola rumah tangga
- Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
- Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Masa usia pertengahan :
- Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
- Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa dan bertanggung jawab dan bahagia
- Mengembangkan kegiatan-kegiatan mengisi waktu sengang untuk orang dewasa
- Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
- Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini
- Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
- Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
- Mencapai tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
- Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa dan bertanggung jawab dan bahagia
- Mengembangkan kegiatan-kegiatan mengisi waktu sengang untuk orang dewasa
- Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
- Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini
- Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
- Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
Masa Tua :
- Menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan
kekuatan fisik
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya icome (penghasilan) keluarga
- Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya
- Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
- Menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luwes.
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya icome (penghasilan) keluarga
- Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya
- Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
- Menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luwes.
Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia
sekolah (Wiwit W, Jash, & Metta R, 2003) :
- Belajar keterampilan fisik untuk bermain
- Sikap yang sehat untuk diri sendiri
- Belajar bergaul
- Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai
- Keterampilan dasar
- Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
- Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social
- Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi
- Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.
- Belajar keterampilan fisik untuk bermain
- Sikap yang sehat untuk diri sendiri
- Belajar bergaul
- Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai
- Keterampilan dasar
- Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
- Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social
- Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi
- Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.
Beberapa aspek perkembangan yang mempengaruhi pendidikan
anak yaitu, perkembangan kognitif serta perkembangan social (perkembangan
nilai-nilai moral).
·
Bimbingan Orang Tua
Orang
tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di
masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita
yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini,
ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara
memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu
orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di
dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh
anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang
tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di
permulaan hidupnya dahulu.
Jadi,
orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh
atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada
di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang
anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan
baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak
yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya. Kunci pertama
dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan
orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi
pekerti orang tuanya. Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci
dan telah membawa fitrah beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan sumber
untuk mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak dimasa depan. Sebab cara
pergaulan, aqidah dan tabiat adalah warisan orang tua yang kuat untuk
menentukan subur tidaknya arah pendidikan terhadap anak.
2.3 Peran
Serta Orang Tua dalam Perencanaan Pengembangan Sekolah
Dalam
perencanaan pengembangan sekolah, orang tua merupakan salah satu peran
penting. Orang tua dapat berperan serta dalam meyediakan dana, prasarana
dan sarana sekolah sebagai upaya realisasi program-program sekolah yang telah
disusun bersama. Orang tua yang memiliki pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus dapat berperan serta dalam membantu sekolah seperti pada
bidang proses pembelajaran, pengelolaan persekolahan, dan pengelolaan keuangan
sekolah. Orang tua sis wa dapat
berperan serta dalam perencanaan pengembangan sekolah.
Misalnya
saja ada orang tua siswa yang kebetulan seorang dokter. Sebagai dokter tentunya
sangat memahami betul apa itu arti hidup sehat, terutama bagi anak-anak di
sekolah. Dia dapat memberikan masukan yang berharga dalam perencanaan
pengembangan sekolah, terutama berkaitan dengan peningkatan mutu layanan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), penataan warung jajan sehat bagi anak-anak, serta
pengaturan kamar mandi dan toilet sekolah yang sehat. Keterlibatan orang tua
siswa tersebut dalam perencanaan pengembangan sekolah yang berkaitan dengan
kesehatan, tentu sangat menguntungkan sekolah dan peserta didik.
Banyak
cara yang dapat ditempuh orang tua siswa dalam perencanaan pengembangan
sekolah. Orang tua dapat datang ke sekolah tanpa/dengan undangan sekolah yang
mengundang. Sekelompok orang tua mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk
bersama-sama membahas dan memberikan masukan untuk peningkatan mutu sekolah,
hasilnya kemudian diserahkan kepada sekolah.
2.4. Peran Serta Orang Tua
dalam Pengelolaan Kelas
Keterlibatan
orang tua siswa dalam pengelolaan kelas memiliki arti yang sangat luas bukan
berarti orang tua turut masuk ke kelas dan campur tangan mengurusi tempat duduk
siswa, memindah siswa yang suka mengganggu temannya di kelas, dan sebagainya.
Tetapi, pengaturan kelas dapat dilakukan berdasarkan masukan dengan dan/atau
kompromi dengan para orang tua.
Misalnya,
dalam hal isi dan penataan pajangan kelas, serta pengaturan tempat duduk dan
kenyamanan kelas. Untuk mengetahui kebutuhan kelas yang menunjang proses
belajar di kelas sudah tentu Anda harus mengenali jenis peran serta orang tua
dalam pengelolaan kelas, mencatat keadaan sekarang, dan kondisi yang
dikehendaki, serta menemu-kenali hambatan-hambatan yang dihadapi.
2.5 Upaya-Upaya yang
dilakukan Sekolah untuk Meningkatkan Peran Serta Orang Tua dalam Mendukung
Proses Keberhasilan Sekolah dalam Rangka MBS.
Sangat
penting bagi sekolah untuk menjalankan peranan kepemimpinan yang aktif dalam
menggalakkan program-program sekolah melalui peran serta aktif orang tua dan
masyarakat. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengupayakan
partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap keberhasilan program sekolah,
diantaranya:
1. Menjalin
Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat
Partisipasi
orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan masyarakat juga
merasakan manfaat dari keikutsertaanya dalam program sekolah. Manfaat dapat
diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat
menyumbangkan kemampuannya bagi kepentingan sekolah. Jadi prinsip menumbuhkan
hubungan dengan masyarakat adalah saling memberikan kepuasan. Salah satu jalan penting
untuk membina hubungan dengan masyarakat adalah menetapkan komunikasi yang
efektif. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun
komunikasi dengan orang tua dan masyarakat, yaitu:
a. Mengidentifikasi
orang-orang kunci, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi teman lain.
b. Melibatkan
orang-orang kunci tersebut dalam kegiatan sekolah, khususnya yang sesuai dengan
minatnya.
c. Memilih
saat yang tepat,
2. Melibatkan
Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah
Pepatah
“Tak senang jika tak kenal” juga berlaku dalam hal ini. Oleh karena itu sekolah
harus mengenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat. Dalam program
tersebut harus tampak manfaat yang diperoleh masyarakat jika membantu program
sekolah. Untuk maksud diatas, sekolah dapat melakukan:
a. Melaksanakan
program-program kemasyarakatan
b. Mengadakan open house
yang memberi kesempatan masyarakat luas untuk mengetahui program dan kegiatan
sekolah.
c. Mengadakan buletin
sekolah atau majalah atau lembar informasi yang secara berkala memuat kegiatan
dan program sekolah, untuk diinformasikan kepada masyarakat.
d. Mengundang tokoh untuk
menjadi pembicara atau pembina suatu program sekolah
e. Membuat program kerja
sama sekolah dengan masyarakat
3. Memberdayakan
Dewan Sekolah
Keberadaan
Dewan Sekolah akan menjadi penentu dalam pelaksanaan otonomi pendidikan di
sekolah. Melalui Dewan Sekolah orang tua dan masyarakat ikut merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan pendidikan di sekolah. Untuk meningkatkan
komitmen peran serta masyarakat dalam menjunjang pendidikan, termasuk dari
dunia usaha, perlu dilakukan antara lain dengan upaya sebagai berikut:
a.Melibatkan
masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan terutama ditingkat sekolah.
b.Selanjutnya
program imlab swadana,
c.Mengembangkan
sistem sponsorship bagi kegiatan pendidikan.
Melalui
upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dan orang tua dalam mendukung program-program sekolah dapat
teroptimalkan
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Orang
tua merupakan salah satu mitra sekolah
yang dapat berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Melalui
orang tua kegiatan belajar anak di rumah dapat dipantau. Bahkan orang tua dapat
menjadi bagian dari paguyuban para orang tua siswa yang dapat memberi masukan
dan dukungan dalam merencanakan pengembangan sekolah. Keterlibatan orang tua
selain sebagai bentuk kepedulian terhadap kemajuan pendidikan anak, juga
sebagai bentuk partisipasi mereka dalam sistem manajemen sekolah. Pada konsep
MBS, orang tua dapat terlibat secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan kemajuan dan perkembangan sekolah dalam mewujudkan akuntabilitas
sekolah. Peran serta itu dapat terjadi dalam pembelajaran, perencanaan
pengembangan sekolah, dan pengelolaan kelas. Disinilah guna orang tua
menjalankan peran perannya dalam mendukung pendidikan.
dikutip dari berbagai sumber.
Maaf masih banyak kekurangan. Semoga bermanfaat. Jangan lupa tinggalkan komentar
terimakasih banyak
ReplyDelete