Makalah Sejarah sistem pendidikan china dan Sejarah sistem pendidikan india

Sejarah sistem pendidikan china dan Sejarah sistem pendidikan india







PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun suatu negara. Melalui pendidikan suatu negara dapat mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang lebih maju. Karena melalui pendidikan akan dapat dikembangkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang ingin dikembangkanya.

Hal ini terlihat dari berbagai kenyataan, bahwa suatu Negara maju pasti memiliki suatu sistem pendidikan yang baik. Kondisi ini dapat ditafsirkan dengan dua hal. Pertama, pendidikan di negara maju baik karena pemerintahnya memiliki komitmen yang tinggi terhadap pendidikan, Kedua bisa jadi karena pendidikan yang baik menghasilkan dan mendorong Negara tersebut menjadi maju. Kedua kemungkinan ini dapat saja terjadi. Jika dilihat dari pengalaman negara yang baru saja memasuki dalam kelompok negaran maju, seperti Cina dan India, kemajuan kedua negara ini karena mereka memiliki komitmen yang kuat dan kepedulian yang tinggi akan dunia pendidikan 

Oleh karena itu makalah ini akan menjelaskan mengenai sejarah perkembangan pendidikan di Negara Cina dan India, dengan tujuan agar masyarakat Indonesia mengetahui tentang sejarah pendidikan di Cina dan India dan bisa mengaplikasikan pada pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah sistem pendidikan di Cina?
2. Bagaimakah sejarah sistem pendidikan di India? 


PEMBAHASAN

1 Pendidikan di Cina

Kebudayaan bangsa Cina berkembang sendiri dengan tidak adanya pengaruh dari kebudayaan luar. Unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk tidak mengurangi keaslian kebudayaan Cina. Maka pendidikan dan pengajarannya mempunyai ciri-ciri yang khas, yang tidak menunjukkan persamaan dengan ciri-ciri pendidikan di Negara-negara timur lainnya. 

Ciri-ciri pendidikannya adalah:

1.Masalah-masalah pendidikan tidak dihubungkan dengan agama (seperti di Negara-negara timur lainnya), tetapi dengan tradisi dan kehidupan praktis. Sejak dahulu kala orang Cina memuja arwah nenek moyang, leluhur mereka sendiri. Mereka tidak menyembah suatu tuhan. Bukan kuil yang diutamakan, melainkan Negara ,bukan pendeta yang dihormatinya, melainkan leluhurnya.

2.Sejak dahulu yang menyelenggarakan pendidikan ialah Negara, juga keluarga. Sejak tahun 2200 sebelum masehi, Negara telah menyelenggarakannya. Negara telah menyediakan tanah untuk mendirikan sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah dari tingkatan rendah sampai ke tingkatan yang tinggi didirikan diseluruh kerajaan.

Dalam “kerajaan lama” (abad ke-8 sebelum masehi) sekolah-sekolah itu milik Negara dan guru-gurunya merupakan pegawai-pegawai negeri. Dalam “kerajaan baru” sekolah-sekolah itu milik badan partikelir, tetapi penyelenggaraan ujian-ujian tetap dilakukan oleh Negara.

3.Tujuan pendidikannya adalah : mendidik kepala-kepala keluarga yang baik, suami yang setia, anak yang patuh, pegawai-pegawai yang rajin, warga Negara yang jujur dan rela berbakti, raja-raja yang arif-bijaksana, tentara yang gagah berani.
Dari uraian diatas itu jelaslah bahwa pendidikan anak-anak itu merupakan pendidikan bagi keluarga dan bagi Negara.

Pendidikan anak – anak perempuan tidak mendapat perhatian. Kaum perempuan kurang mendapat penghargaan, bahkan sering terjadi orang membunuh anak perempuannya sendiri.

Tujuan pendidikan dan cita-cita hidup di Cina kena pengaruh kuat dari ajaran-ajaran dua ahli fikir besar, yakni: Lao Tse dan Konfusius.

Penyelenggaraan pendidikan :

Pendidikan di rumah

Sebelum anak-anak dikirimkan ke sekolah, mereka telah mendapatkan didikan dirumahnya masing-masing.
Mulai umur 6 tahun mereka telah mendapat pelajaran dari guru-guru yang sengaja didatangkan ke rumah. Hal ini kita jumpai pada keluarga-keluarga bangsawan dan pegawai tinggi. Pelajaran yang diberikan terdiri dari : berhitung (menanamkan pengertian bilangan-bilangan) dan ilmu bumi (mengajarkan nama daerah-daerah di dunia).

Pendidikan di sekolah

Anak-anak dikirimkan ke sekolah, apabila umurnya sudah sepuluh tahun. Sekolah memberikan pelajaran berhitung, menulis, membaca, music, menari. Pelajaran yang diutamakan ialah menulis. Anak-anak harus mempelajari lebih kurang 1068 gambaran kata-kata atau tanda-tanda. Tanda tanda yang sekian banyaknya itu adalah tanda-tanda yang umum dipergunakan orang.
Untuk keperluan pelajaran lanjutan ternyata jumlah itu tidak mencukupi (dengan berbagai-bagai susunan, orang dapat membuat lebih kurang 50.000 tanda-tanda)

Pendidikan untuk pegawai

Pembagian “kasta” yang sebenarnya tidak dikenal orang di Cina. Itulah sebabnya maka setiap orang mempunyai kemungkinan memegang jabatan Negara yang tinggi. Untuk manjadi pegawai, orang terlebih dulu harus menempuh ujian. Persiapan-persiapan ujian diberikan disekolah-sekolah yang dibuka pada siang dan malam hari, sehingga pekerja-pekerja pun mempunyai kesempatan yang secukupnya untuk turut belajar.

Supaya pegawai-pegawai dapat tetap memegang jabatannya, maka mereka 3 tahun sekali diharuskan menempuh ujian ulangan. Juga kenaikan pangkat berlangsung dengan menempuh ujian terlebih dahulu.

LAO TSE dan KONFUSIUS
Di atas telah dikemukakan, bahwa ajaran-ajaran Lao Tse dan Konfusius – dua ahli orang fikir Cina yang besar sangat berpengarug pada pelaksanaan tujuan pendidikan dan cita-cita hidup di CIna. Dibawah ini sedikit akan dibentangkan intisari dari ajaran-ajaran kedua ahli fikir tersebut:

LAO TSE
Pada tahun 604 sebelum masehi ketika di CIna timbul kekacauan politik, lahirlah Lao Tse. Ia adalah seorang ahli mistik. Ditulisnya tentang Tao, yang berarti : jalan Tuhan atau sabda Tuhan. Menurut Lao Tse : Tao ada di mana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak dapat pula diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Manusia harus hidup selaras dengan Tao. Siapa yang dapat menahan hawa nafsunya, siapa yang dapat melenyapkan nafsu serakah, dialah yang dapat mendengar suara Tao dalam kalbunya sendiri, dialah yang hidup berpadu dengan Tao itu.

Peperangan menurut Lao Tse Cuma akan memusnahkan manusia saja. Kebahagiaan hidup tidak akan tercapai dengan kekuatan senjata.

KONFUSIUS
Konfusius atau Kong Fu Tse (551-479 sebelum masehi ) adalah seorang ahli etika. Ia dilahirkan di derah Lu, di Shantung. Berlainan dengan Lao TSe maka Konfusius mengajarkan tentang Li ( = etiket, kewajiban), hal-hal yang praktis dalam hidup sehari-hari. Ajarannya dapat dipahami oleh setiap orang, tidak sukar seperti ajaran Lao TSe.

Menurut Konfusius manusia it harus bertindak sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Raja harus bertindak seperti raja, tentara sesuai dengan kewajibannya sebagai tentara, pegawai seperti pegawai, guru sperti guru dan sebagainya.

Masing-masing harus mengenal tempatnya sendiri dalam lingkungan hidup dan dengan penuh kesadaran menjalankan tugas masing-masing sebaik-baiknya. Orang yang lebih tinggi derajatnya harus memegang teguh Yen, maksudnya dapat meraba hati orang yang derajatnya rendah dengan penuh rasa perikemanusiaan serta rasa kasih sayang.

Rasa hormat dan memuliakan ( K. menyebutnya : Hiao) adalah kebajikan hidup yang tertinggi nilainya. Hubungan kekeluargaan antara anak dan orang tua diatur dengan yang disebut Hiao itu. Secara tak langsung hendaknya segala pergaulan hidup yang lain pun mengalami jenis penghormatan suci, seperti : penghormatan seorang pegawai kepada raja, seorang sahabat kepada temannya, seorang adik kepada kakaknya dan sebagainya. Dengan jalan demikian menurut Konfusius Negara akan aman dan damai, terhindar dari mala petaka, karena setiap orang tahu besar apa yang harus dikerjakannya masing-masing.

Konfusius mengajarkan selanjutnya kepada peganut-penganutnya, agar dalam segala hal mereka harus berpedoman pada segala peraturan yang disusun oleh nenek moyang.

Leluhur itulah yang dijadikan teladan. Tradisi menguasai pandangan hidup mereka. Itulah sebabnya maka penganut-penganut ajaran Konfusius bersifat statis, tidak memandang ke muka, melainkan menoleh ke belakang ke alam yang telah silam.

Konfusius behasil mengumpulkan berbagai-bagai kesusastraan Cina yang disusunnya menjadi 4 jilid:

Buku tentang sejarah

Buku yang berisi syair-yair

Buku tentang upacara-upacara, yang merupakan cermin kesusulaan

Buku tentang metamorfosa

Bukunya yang ke-5 adalah hasil karyanya sendiri mengenai sejarah Lu, daerah kelahirannya. Ke-5 buku itu dipandang sebagai buku suci dan menjadi dasar pendidikan Cina seluruhnya. 

Sumber yang utama tentang Konfusius serta ajarannya terdapat “Loen Ju”, yang berisi pembicaraan-pembicaraan Konfusius dengan murid-muridnya dan kurang lebih pada tahun 400 sebelum masehi telah dibukukan.

2. Pendidikan di India 

Rakyat India terbagi dalam 4 kasta, yaitu Brahmana,Ksatria, Waisya,dan Sudra.Bagi orang India ilmu adalah alat untuk mencari kesempurnaan, mistik. 
Mistik adalah penyepian batin dari kenyataan dengan tujuan manunggal dengan Tuhan. 

Kasta brahmana terdiri dari kaum pendeta. Kasta ksatria adalah kaum bangsawan, prajurit, mereka menerima pengajaran dalam membaca, menulis, berhitung, dan ilmu siasat berperang. Kasta waisya terdiri dari para tukang, pedagang, peladang, dan sebagainya. 

Kasta waisya mendapatkan pengetahuan dan pengajaran dalam bidang pertanian. Kasta paling rendah atau kasta sudra dianggap sebagai manusia yang hina, yang hanya dapat melakukan pekerjaan budak, sehingga mereka tidak berhak mendapat pengajaran. 

Ciri pendidikan pada masa itu adalah: 

1. pendidikan agama diutamakan. Dasar pendidikannya adalah kitab veda (kitab suci orang India); 
2. kasta brahmana menjadi penyelenggara dari pendidikan. Mereka menguasai hidup dan hanya kasta ini yang mempunyai pengetahuan; 
3. tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan serta kesempurnaan mistik dengan ilmu pengetahuan sebagai alatnya; 
4. pendidikan untuk kaum perempuan tidak diperhatikan, kecuali untuk calon-calon penari kuil. 

Pelaksanaan pendidikan diawali dengan pemberian munya (kalung suci), yaitu: seutas tali yang digantungkan dari bahu kiri ke pinggang kanan. Munya sebagai tanda penerimaan dalam lingkungan keagamaan. Upacara ini disebut upacara upanayana (udayana). Pemberian munya pada anak brahmana saat berumur 8 tahun, sedang untuk anak ksatria pada usia 11 tahun, dan bagi anak waisya saat berusia 12 tahun. 

Selama penyelenggaraan pendidikan, murid-murid tinggal bersama dengan gurunya, hidup sederhana dan bekerja keras membantu keluarga gurunya. 

Sistem ini disebut sistem guru-kula (kula:murid), atau pendidikan asrama. Guru dan istrinya dianggap sebagai orangtua oleh para murid. 

Sistem guru kula masih tetap dipertahankan sampai masa India modern di samping sistem pendidikan yang lain (klasikal), terutama sekali karena pengaruh Rabindranath Tagore. Ia adalah seorang tokoh pendidikan di India yang terkenal. Tokoh lain yang besar pengaruhnya bagi pendidikan agama Islam di India adalah Sayyid Ahmad Khan.


PENUTUP

 Kesimpulan


Permasalahan pendidikan di hampir semua negara berkembang umumnya sama, mulai dari persoalan biaya sekolah, buta huruf, putus sekolah, kurikulum hingga anggaran pendidikan. Akan tetapi, semua bisa berubah asalkan pemerintah dan semua unsur terkait berkomitmen kuat untuk memajukan pendidikan di negara mereka masing-masing.


Kualitas sistem pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu masyarakat dan bangsa. Hal ini telah terbukti dari apa yang dilakukan oleh Cina. Reformasi pendidikan di Cina dinilai sangat berhasil karena membawa perubahan besar bagi kehidupan bangsa dan masyarakat Cina. Keberhasilan-keberhasilan ini dicapai memang pada dasarnya tidak lepas dari dukungan kebijakan pemerintah yang ada. Sementra di India, kesadaran dari pada masyarakat dan para pendidik akan pentingnya pendidikan membuat Negara India menjadi salah satu Negara yang pendidikannya cukup diperhitungkan dalam dunia internasional.

0 Response to "Makalah Sejarah sistem pendidikan china dan Sejarah sistem pendidikan india"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya.
Silahkan berkomentar dengan sopan.